Penulis : Steven YL | Editor : Evandry
MALINAU, PIJARMALINAU.COM – Meski dengan jumlah anggota yang kini sangat terbatas, Paguyuban Semeton Bali Kabupaten Malinau tetap menunjukkan komitmen dan semangatnya dalam meramaikan Festival Budaya Irau ke-11 dan Hari Ulang Tahun Kabupaten Malinau ke-26, yang digelar di Padan Liu Burung. (22/10/2025).
Ketua Paguyuban Semeton Bali Kabupaten Malinau, dr. Bagus dalam sambutannya mengisahkan perjalanan komunitas yang dulunya memiliki sekitar delapan puluh anggota.
Namun, seiring waktu, jumlah itu berkurang karena berbagai alasan seperti penugasan keluar daerah, melanjutkan pendidikan, maupun perpindahan tempat tinggal.
“Sekarang anggota kami sangat minimal. Ibaratnya seperti rumah sangat sederhana sekali, sempit, sunyi, dan senyap. Tapi semangat kami tidak pernah padam,” ujar dr. Bagus.
Walau dengan keterbatasan, Paguyuban Semeton Bali tetap berpartisipasi aktif dalam perayaan budaya terbesar di Bumi Intimung itu.
Mereka menegaskan bahwa keterlibatan dalam Irau merupakan bentuk cinta terhadap daerah serta penghormatan terhadap keberagaman budaya di Kabupaten Malinau.
“Kami sangat berterima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Malinau yang selalu memberi ruang bagi semua paguyuban, termasuk kami yang jumlahnya sedikit, untuk tampil dan berkontribusi,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Paguyuban Semeton Bali menampilkan prosesi adat Metatah atau Mepandes, tradisi potong gigi yang merupakan salah satu upacara penting dalam budaya Hindu Bali, namun dalam bentuk simbolis.
dr. Bagus menjelaskan bahwa pelaksanaan upacara Metatah yang sebenarnya tidak dapat dilakukan karena membutuhkan sejumlah persyaratan penting, seperti kehadiran Pinandita atau sesepuh, hari baik (dewasa ayu), serta perlengkapan banten atau sesajen yang lengkap.
“Keterbatasan kami dalam hal kesiapan dan tidak adanya Pinandita menjadi alasan acara ini hanya digelar secara simbolis. Namun kami ingin memperkenalkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi ini kepada masyarakat luas,” jelasnya.
Acara Metatah secara simbolis yang digelar sore itu mendapat sambutan hangat dari para penonton.
Penampilan tersebut menjadi bukti nyata bahwa semangat pelestarian budaya dan toleransi antar-etnis tetap hidup di Kabupaten Malinau.
Partisipasi Paguyuban Semeton Bali ini menambah warna dan keberagaman dalam rangkaian Irau ke-11, sekaligus menunjukkan bahwa semangat kebersamaan tidak ditentukan oleh jumlah, melainkan oleh tekad dan cinta terhadap budaya serta daerah.







