Lembaga Adat Besar Tidung Apresiasi Bupati Wempi: Terima Kasih Telah Jaga Ruang Budaya di Malinau

Lembaga Adat Besar Tidung
Ketua I Lembaga Adat Besar Tidung, Jainaludin saat memberikan sambutan (Foto : Kule / Pijar Malinau)

Penulis : Steven YL | Editor : Evandry

MALINAU, PIJARMALINAU.COM – Penampilan memukau Lembaga Adat Besar Tidung Kabupaten Malinau dalam Festival Budaya Irau ke-11 menjadi bukti nyata sinergi antara pemerintah dan masyarakat adat.

Bacaan Lainnya

Dalam kesempatan tersebut, Ketua I Lembaga Adat Besar Tidung, Jainaludin, menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih khusus kepada Bupati Malinau, Wempi W. Mawa, SE., MH, atas perhatian dan dukungan terhadap pelestarian budaya lokal.

“Atas nama Lembaga Adat Besar Tidung Malinau dan seluruh warga Tidung, kami mengucapkan terima kasih kepada Bupati Malinau yang telah memberikan ruang bagi kami untuk tampil dalam ajang budaya sebesar Irau ini,” ujar Jainaludin dalam sambutannya di Padan Liu Burung, Kamis (9/10/2025).

Menurut Jainaludin, Festival Irau bukan hanya menjadi ajang unjuk kekayaan budaya, tetapi juga ruang penting untuk mempererat tali persaudaraan antar-etnis di Malinau. Kehadiran masyarakat Tidung dalam festival ini adalah simbol keterlibatan aktif dalam membangun daerah yang inklusif dan harmonis.

Ia menambahkan bahwa komitmen Bupati Wempi dalam menjaga dan merawat budaya lokal sangat dirasakan langsung oleh masyarakat adat.

Ruang-ruang budaya yang selama ini terus dibuka dan difasilitasi oleh Pemda, menurutnya, adalah bentuk nyata keberpihakan terhadap identitas daerah.

“Kami berharap perhatian dan dukungan ini terus berlanjut dan bahkan ditingkatkan. Budaya adalah jati diri kita bersama, dan kami siap mendukung program-program pembangunan di bawah kepemimpinan Bapak Bupati,” tegas Jainaludin.

Dalam rangka memperkuat hubungan, Lembaga Adat Besar Tidung juga menyerahkan Nasi Rasul kepada Bupati dan jajaran Forkopimda serta tokoh adat dan paguyuban lain sebagai simbol persaudaraan dan silaturahmi.

Atraksi budaya Tidung pagi itu, yang diwarnai dengan prosesi Beseruan dan Ngatode de Pulut, berhasil mencuri perhatian para pengunjung.

Festival Irau ke-11 pun kembali menegaskan bahwa Malinau bukan hanya kaya sumber daya alam, tetapi juga kaya hati dan warisan budaya yang hidup dalam semangat gotong royong. (syl)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *