Penulis : Steven YL | Editor : Evandry
MALINAU, PIJARMALINAU.COM – Semangat kebersamaan dan cinta terhadap budaya membawa rombongan dari Krayan, Kabupaten Nunukan, menempuh perjalanan panjang melintasi medan berat demi satu tujuan, menyaksikan langsung Festival Budaya Irau ke-11 dan HUT Kabupaten Malinau ke-26 tahun 2025.
Rombongan ini datang dari wilayah perbatasan yang dikenal terisolasi di pedalaman Kalimantan Utara.
Namun, jarak bukan menjadi penghalang. Dengan semangat tinggi, mereka rela menempuh ratusan kilometer perjalanan darat untuk hadir di Padan Liu Burung, pusat pelaksanaan Irau 2025.
Kepala Desa Pa’ Kebuan, Kecamatan Krayan Timur, Jumanli Yohanes, mengungkapkan rasa bangga dan haru bisa hadir langsung di acara besar tersebut.
“Irau merupakan acara besar, khususnya bagi kami di Krayan yang sudah terisolasi sejak dulu. Dalam Irau ini juga ditampilkan adat suku Dayak Lundayeh, yang juga merupakan suku dari warga Krayan. Kami merasa bangga dan ingin menyaksikan langsung, meskipun harus menempuh perjalanan jauh dan kondisi jalan yang cukup menantang,” ujarnya.
Ia menambahkan, masyarakat Krayan merasa menjadi bagian dari Kabupaten Malinau karena kedekatan budaya yang terjalin sejak lama.
“Kami juga merasa sebagai bagian dari Kabupaten Malinau ini, meski dari kabupaten lain. Kesan yang kami rasakan sangat meriah. Kegiatan Irau ini bisa menjadi inspirasi bagi kami di Krayan,” lanjutnya.
Menurut Jumanli, pelaksanaan Irau Malinau membawa manfaat besar, tidak hanya bagi masyarakat lokal tetapi juga untuk memperkenalkan keragaman budaya Kalimantan Utara kepada Indonesia dan dunia.
“Kegiatan ini menggambarkan berbagai budaya yang ada di Kalimantan Utara. Ini penting, agar dunia tahu bahwa kita punya kebudayaan besar dan indah,” katanya.
Ia juga menilai penampilan atraksi budaya saat pembukaan Irau sangat berkesan dan menggambarkan semangat kebersamaan lintas daerah.
“Silaturahmi budaya lintas wilayah ini penting. Malinau menjadi gambaran budaya dua kabupaten, Malinau dan Nunukan yang tercermin dalam pelaksanaan Irau ini,” tambahnya.
Rasa haru juga dirasakan ketika rombongan disambut langsung oleh Bupati Malinau Wempi W Mawa, SE., MH.
“Kami sangat senang dan bangga karena kehadiran kami sangat dihargai. Walaupun kami dari pelosok yang kecil, tapi Pak Bupati Wempi sangat rendah hati menjemput kami dan menjamu dengan penuh kehangatan. Kami sangat berterima kasih,” ungkap Jumanli.
Sementara itu, Selutan Daud, salah satu warga Krayan Timur, mengaku pengalaman ini menjadi momen yang tidak terlupakan.
“Ini pertama kalinya saya mengikuti Festival Budaya Irau dan HUT Malinau. Kami bangga hadir di sini dan menyaksikan langsung atraksi budaya yang ditampilkan. Walaupun kami dari Kabupaten Nunukan, budaya itu tidak bisa dibatasi oleh wilayah,” ujarnya.
Ia terkesan dengan keberagaman atraksi budaya yang ditampilkan di Malinau.
“Hanya di Malinau saya melihat atraksi budaya yang berbeda-beda tapi menyatu satu dengan yang lainnya. Itu membuat kami terkesan sekali,” tuturnya.
Selutan berharap kegiatan seperti Irau dapat terus berlanjut, bahkan bisa digelar juga di wilayah Nunukan untuk memperkuat tali persaudaraan antar daerah.
“Semoga kegiatan seperti Festival Budaya Irau seperti di Malinau ini juga bisa diadakan di daerah kami. Budaya menyatukan kita sebagai masyarakat berbudaya,” katanya.
Perjalanan panjang rombongan Krayan bukan sekadar kunjungan wisata budaya, tetapi menjadi simbol persaudaraan, kecintaan terhadap adat, dan semangat menjaga warisan leluhur di tanah Kalimantan Utara. (syl)







