Bupati Wempi Apresiasi Pelestarian Budaya Dayak Bulusu di Festival Irau ke-11 Malinau

Bulusu

Penulis : Steven YL | Editor : Evandry

MALINAU, PIJARMALINAU.COM – Suasana pagi di arena utama Padan Liu Burung kembali dipenuhi semangat dan warna budaya dalam Atraksi Seni dan Budaya Adat Dayak Bulusu, yang menjadi bagian dari rangkaian Festival Budaya Irau ke-11 sekaligus perayaan Hari Ulang Tahun Kabupaten Malinau ke-26, (21/10/2025).

Bacaan Lainnya

Kehadiran Bupati Malinau, Wempi W Mawa, SE., MH, menjadi momen istimewa bagi masyarakat Dayak Bulusu yang menampilkan berbagai tarian, musik, dan prosesi adat khas dalam gelaran tahunan ini.

Dalam sambutannya, Bupati Wempi menyampaikan penghormatan dan apresiasi kepada seluruh warga Dayak Bulusu yang hadir dan berpartisipasi. Ia menekankan bahwa pelestarian budaya tidak hanya menjadi tanggung jawab lembaga adat, tetapi juga bagian dari komitmen bersama seluruh elemen masyarakat.

“Saya memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada ketua lembaga adat, paguyuban, serta seluruh masyarakat Dayak Bulusu yang terus merawat nilai-nilai luhur warisan leluhur. Tanpa peran mereka, kebudayaan kita bisa hilang ditelan zaman,” ujar Bupati Wempi.

Bupati Wempi juga memberikan apresiasi khusus kepada para ketua lembaga adat dari 11 etnis dan 15 paguyuban di Kabupaten Malinau, yang selama ini aktif menjaga keberagaman dan persatuan melalui kegiatan budaya.

Dalam kesempatan tersebut, Wempi turut menjelaskan makna dari prosesi adat pesta besar memasang jembatan ulin. Prosesi ini, menurutnya, mencerminkan semangat gotong royong dan persatuan masyarakat Dayak Bulusu sejak dahulu kala.

“Tradisi ini bukan hanya simbol pembangunan fisik, tetapi juga jembatan kebersamaan dan solidaritas antarwarga,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa masyarakat Dayak Bulusu dikenal memiliki karakter damai dan bersatu, tidak pernah berperang antar sesama dan hal ini menjadi ciri khas serta kebanggaan etnis Bulusu yang patut dijaga.

Lebih lanjut, Bupati Wempi menjelaskan bahwa masyarakat Dayak Bulusu tersebar di tiga kabupaten di Kalimantan Utara, yaitu Bulungan, Malinau, dan Tana Tidung (KTT).

Dalam konteks pelestarian sejarah, ia juga memperkenalkan situs budaya kuburan tua Dayak Bulusu yang memiliki potensi sebagai destinasi wisata religius dan bukti eksistensi panjang peradaban Dayak Bulusu di wilayah Malinau.

Selain itu, ia menyoroti keunikan alat musik dan tari tradisional Bulusu yang energik dan membutuhkan keterampilan khusus. Menurutnya, pelestarian unsur budaya seperti ini sangat penting untuk diwariskan kepada generasi muda.

Bupati Wempi menegaskan pentingnya regenerasi budaya agar tradisi tidak berhenti pada satu generasi saja. Ia mengajak masyarakat Dayak Bulusu untuk terus berkolaborasi, baik di internal komunitas maupun antar-lembaga adat di Malinau.

“Jangan hanya menjadi penonton, tetapi jadilah pelaku dan penikmat pembangunan di daerah kita sendiri. Budaya adalah kekuatan besar yang bisa mendorong kemajuan,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Wempi juga mengumumkan pelaksanaan dua seminar nasional dalam rangkaian perayaan Irau dan HUT Kabupaten Malinau ke-26. Seminar tersebut diharapkan menjadi ruang dialog bagi berbagai pihak untuk membahas arah pembangunan daerah.

Bupati Wempi menutup sambutannya dengan mengimbau seluruh masyarakat untuk terus menjaga toleransi, persatuan, dan kerukunan, serta mengelola potensi daerah demi masa depan yang lebih baik.

“Malinau adalah serambi terdepan Indonesia di perbatasan. Mari kita jadikan daerah ini sebagai parameter kesejahteraan bangsa,” pungkas Bupati Wempi. (syl)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *