Tempurung Kelapa Disulap Jadi Pupuk Organik: Inovasi Petani Malinau Jawab Keterbatasan dan Mahalnya Pupuk

Penulis : Medry | Editor : Evandry

MALINAU, PIJARMALINAU.COM – Di tengah mahalnya harga pupuk organik dan keterbatasan pasokannya, petani di Kabupaten Malinau kini punya solusi inovatif. Sampah tempurung kelapa yang selama ini dianggap tidak bernilai, kini diolah menjadi produk bernilai ekonomis yang bisa membantu meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

“Bahan baku tempurung kelapa melimpah di daerah kami, tapi sayangnya belum dimanfaatkan secara optimal,” kata Budi, seorang petani di Desa Kaliamok. “Kami ingin mengubah limbah ini menjadi sesuatu yang bermanfaat, terutama untuk pupuk organik yang selama ini sulit kami dapatkan.”

Permasalahan terkait mahalnya pupuk organik yang masih diimpor dari luar daerah mendorong para petani untuk mencari alternatif lain. Solusinya? Mengolah tempurung kelapa, sekam kayu, dan sekam padi melalui proses pirolisis menjadi asap cair, yang kemudian bisa diolah menjadi berbagai produk turunan seperti Biotron untuk kesuburan tanah dan Lisun Magic untuk pengendalian hama.

“Asap cair ini bisa menjadi senjata baru bagi petani,” ungkap Mudjiono, salah satu inovator di balik ide ini. “Dengan teknologi yang sederhana, kita bisa menghasilkan produk yang tidak hanya membantu kesuburan tanah tapi juga bisa digunakan sebagai pengental karet.”

Produk turunan asap cair seperti Biotron telah terbukti mampu meningkatkan kesuburan tanah dengan menetralkan keasaman, sementara Lisun Magic menjadi andalan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain itu, asap cair ini juga berguna sebagai bahan pengental karet yang bisa dijual dengan harga yang cukup menguntungkan.

“Ini benar-benar mengubah cara kami bertani,” ujar Siti, seorang petani yang telah menggunakan produk Biotron di sawahnya. “Tanah menjadi lebih subur, tanaman tumbuh lebih baik, dan hama berkurang. Yang lebih penting, kami tidak lagi harus mengeluarkan biaya besar untuk membeli pupuk dari luar.”

Inovasi ini juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Sampah yang selama ini hanya menumpuk di pasar dan rumah tangga kini dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat, mengurangi pencemaran sekaligus meningkatkan pendapatan petani.

“Kami berharap inovasi ini bisa diterapkan secara luas di seluruh Kabupaten Malinau,” tutup Budi. “Selain membantu petani, ini juga langkah nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan dan menciptakan pertanian yang berkelanjutan.”

Dengan inovasi ini, petani di Kabupaten Malinau tidak hanya lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan pupuk organik, tetapi juga berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan. Asap cair dan produk turunannya kini menjadi harapan baru bagi petani di tengah keterbatasan dan tantangan yang ada.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *