Penulis : Steven YL | Editor : Evandry
MALINAU, PIJARMALINAU.COM – Pagi yang cerah di arena utama Padan Liu Burung, Senin (14/10/2025), terasa berbeda.
Gemuruh gong dan lantunan nyanyian adat menggema di udara, menandai penampilan memukau dari Lembaga Adat Dayak Abay dalam rangkaian Festival Budaya Irau ke-11 dan HUT Kabupaten Malinau ke-26.
Dengan busana tradisional berwarna tanah dan corak khas hutan Kalimantan, para penampil membawa penonton larut dalam ritual adat Mal-Lanau, sebuah tradisi sakral yang diwariskan turun-temurun.
Ritual ini merupakan bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat, keselamatan, dan kelimpahan hidup yang diberikan kepada masyarakat Dayak Abay.
Tak hanya menampilkan tarian adat yang energik dan penuh makna, masyarakat Dayak Abay juga menghadirkan dua kesenian langka: Dilumat dan Ngatun.
Kedua tradisi ini menjadi sorotan karena semakin jarang dipentaskan di ruang publik.
Penampilan tersebut dibawakan secara khas oleh Yamin Jafan, sosok pelestari budaya yang dengan suara lembut namun berwibawa menyampaikan pesan-pesan adat, nasihat kehidupan, dan nilai kebersamaan.
Setiap bait yang dilantunkannya membawa penonton menyelami filosofi hidup masyarakat Dayak Abay yang menjunjung tinggi harmoni dengan alam dan penghormatan terhadap leluhur.
Penampilan Dayak Abay pagi itu ditutup dengan prosesi bersemajau, sebuah simbol persaudaraan dan kebersamaan seluruh peserta serta penonton.
Kehadiran Dayak A bay di panggung Irau tahun ini bukan hanya sekadar bagian dari hiburan festival, melainkan menjadi cerminan kuat bahwa budaya lokal masih hidup dan dijaga dengan penuh kebanggaan oleh masyarakat Malinau.
Festival Budaya Irau ke-11 kembali membuktikan bahwa Malinau adalah rumah bagi keberagaman, tempat budaya tumbuh, dan tradisi terus berdenyut seiring zaman.







