Pasokan Energi Terbatas, Menghambat Investasi di Kabupaten Nunukan

Pasokan Energi
Ilustrasi listrik, pembangkit listrik (Shutterstock)

NUNUKAN, PIJARMALINAU.COM – Realisasi investasi di Kabupaten Nunukan terlihat terhambat dan bergerak lambat akibat kendala pasokan energi yang tidak memadai. Wilayah yang berbatasan langsung dengan Malaysia ini, sebenarnya telah menarik minat sejumlah investor dalam beberapa tahun terakhir. Namun, upaya investasi tersebut tidak berjalan mulus dikarenakan pasokan listrik yang minim.

Dikutip dari pusaranmedia.com Menurut Serfianus, Sekretaris Daerah (Sekda) Nunukan, banyak investor telah menunjukkan minat untuk berinvestasi di wilayah ini. Namun, keengganan beberapa investor untuk melanjutkan investasi disebabkan oleh masalah pasokan listrik yang belum cukup memadai.

Bacaan Lainnya

“Sebenarnya sudah banyak yang melirik daerah kita ini untuk berinvestasi, hanya saja, pasokan listrik kita ini yang belum bisa mendukung kegiatan industri mereka, pertanyaan mereka itu selalu berapa listrik yang tidak digunakan rakyat,” ungkap Serfianus.

Saat ini, pasokan listrik yang tersedia hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Nunukan atau rumah tangga. Sayangnya, untuk industri skala sedang dan besar, pasokan listrik yang ada belum bisa memadai.

“Kalau kita di Nunukan, pasokan listrik hanya empat megawatt dan itu hanya cukup untuk kalangan rumah tangga, belum mampu melayani industri, yang ditakutkan investor itu jangan sampai pabrik mereka tidak berjalan,” paparnya.

Keterbatasan pasokan listrik bukanlah satu-satunya masalah yang dihadapi. Salah satu contoh yang menonjol adalah rencana pendirian marine teknopark yang belum terealisasi. Keterbatasan energi dan pasokan air di Pulau Nunukan menjadi hambatan serius dalam pelaksanaan proyek tersebut.

Menurut Serfianus, “Dengan kondisi itu membuat para investor hanya menanamkan modalnya di Pulau Jawa, karena ketersediaan listrik di hampir Pulau Jawa sangat berlebihan.”

Belum lagi, isu ketersediaan air bersih juga menjadi kendala. Terutama bagi pabrik pengolahan rumput laut yang membutuhkan pasokan air yang signifikan.

Serfianus menjelaskan bahwa produksi satu kilogram rumput laut memerlukan setidaknya tiga liter air bersih. Dengan produksi ribuan ton rumput laut setiap bulan, ketersediaan air menjadi permasalahan yang nyata.

Pemerintah Kabupaten Nunukan masih berupaya untuk merangkul investasi dengan mendorong pembangunan teknopark. Namun, fokus jangka pendek saat ini adalah pada pembangunan Pusat Pelelangan Ikan (PPI) di Mansapa, Nunukan Selatan.

Serfianus mengatakan bahwa daerah tersebut akan mengalami kajian untuk melihat kemungkinan pengembangan pelabuhan sandar nelayan di sana.

“Perluasan lahan seluas 20 hektar sedang dipertimbangkan, namun, kami mungkin akan memulai dengan 10 hektar terlebih dahulu. Jika ini terbukti efektif, kami akan mempertimbangkan permintaan lebih lanjut,” jelasnya. (md)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *