Fimosis pada Bayi: Mitos dan Fakta yang Perlu Anda Ketahui

Fimosis pada Bayi
Ilustrasi (mhomecare.co.id)

Penulis : Asriansyah | Editor : Evandry

PIJARMALINAU.COM – Fimosis pada bayi adalah kondisi ketika kulup atau kulit di ujung penis melekat erat ke kepala penis, sehingga tidak dapat ditarik kembali. Hal ini sering terjadi pada bayi dan anak-anak yang belum disunat.

Bacaan Lainnya

Seiring berjalannya waktu, kulup penis biasanya akan melonggar dan terpisah secara alami dari kepala penis saat anak mencapai usia sekitar 5-7 tahun. Namun, dalam beberapa kasus, fimosis pada bayi bisa berlanjut hingga masa pubertas. Jika kondisi ini terjadi, penting untuk mencari perawatan medis untuk menghindari potensi masalah kesehatan pada anak.

Tanda-Tanda Fimosis pada Bayi yang Perlu Diwaspadai

Fimosis pada bayi adalah kondisi yang umumnya normal dan tidak memerlukan perawatan khusus. Kulup dan kepala penis biasanya akan terpisah dengan sendirinya seiring pertumbuhan anak.

Namun, jika anak mengalami gejala seperti kemerahan, nyeri, bengkak pada penis, atau kesulitan berkemih bersama dengan fimosis, segera konsultasikan dengan dokter. Kondisi seperti ini memerlukan perhatian medis.

Cara Merawat Fimosis pada Bayi

Tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mengatasi fimosis pada bayi. Disarankan untuk tidak mencoba menarik kulup dari kepala penis secara paksa, karena hal ini dapat menyebabkan rasa sakit dan kerusakan kulit.

Sebagai gantinya, cukup bersihkan penis bayi secara teratur dengan air hangat dan sabun yang lembut saat mandi. Kemudian, keringkan dengan lembut dan hindari menggunakan bedak di area tersebut, karena bisa menyebabkan iritasi kulit.

Cara Mengatasi Fimosis pada Bayi

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menilai gejala fimosis pada bayi untuk menentukan penanganan yang sesuai. Beberapa langkah pengobatan yang mungkin dianjurkan adalah:

  1. Krim kortikosteroid: Dokter dapat meresepkan krim kortikosteroid yang harus dioleskan pada kulup penis hingga 3 kali sehari selama sebulan. Tujuannya adalah untuk mengendurkan kulit di area tersebut.
  2. Sunat: Sunat dianggap sebagai pilihan pengobatan terbaik untuk fimosis. Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk menentukan metode sunat yang sesuai, seperti menggunakan pisau bedah, laser, atau sunat cincin. Selain itu, diskusikan juga risiko dan waktu yang tepat untuk menjalani sunat.

Fimosis pada bayi perlu diatasi dengan hati-hati, karena penanganannya berbeda dengan fimosis pada anak-anak lebih besar atau masa pubertas. Oleh karena itu, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat bagi bayi Anda. (asr)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *